Ulas Buku



Penulis: Mohandas Karamchand Gandhi

Redaksi: Om Books International

Jumlah Halaman: 566 hlm

ISBN:


Sinopsis Buku


Autobiografi “Kisah Eksperimen-Eksperimenku dalam Mencari Kebenaran” terbagi menjadi 5 bagian dengan beberapa bab singkat yang mencakup episode-episode singkat dari Mahatma Gandhi. 


Bagian pertama mengisahkan tentang kelahiran, masa kecil, masa remaja, dan masa-masa studi Gandhi dalam bidang hukum di Inggris. Ia menikah dini di usia 13 tahun atas keinginan orang tua nya meskipun tetap melanjutkan pendidikan menengah nya hingga selesai. Pada usia 16 tahun, ayahnya meninggal karena sakit. Pada bagian ini, Gandhi sangat menyesal karena sempat mengeluh saat mengurus ayahnya dan tidak bisa berada di sampingnya pada saat-saat terakhir. Setelah Gandhi lulus sekolah, seorang teman lama yang juga penasehat keluarga bernama Mavji Dave menyarankan Gandhi melanjutkan kuliah jurusan Hukum di Inggris dengan pertimbangan bahwa zaman sudah berubah, Gandhi tidak bisa sukses jika hanya mengandalkan nama besar ayahnya tanpa memiliki pendidikan yang memadai. Gandhi menyetujui namun banyak anggota keluarga, termasuk ibunya yang menentang saran itu karena itu tidak dibenarkan dalam agama dan khawatir Gandhi akan terjerumus dengan pergaulan orang Barat seperti memakan daging, minum alkohol, dan terlibat seks bebas. Setelah diskusi yang alot, ibunya mengizinkan Gandhi untuk berangkat setelah bersumpah tidak akan melakukan 3 budaya barat tadi.


Bagian kedua menceritakan tentang pengalaman kerja Gandhi pada lembaga hukum di Cape Colony, Afrika Selatan selama periode ketegangan antara kelompok etnis yang berbeda di wilayah tersebut. Segera setelah kedatangannya, kebingungan dan kemarahan Gandhi pada kebijakan diskriminatif berubah menjadi kemarahan yang semakin besar dan mendorongnya untuk mengambil posisi sebagai figur publik di majelis Transvaal Indians, di mana ia menyampaikan pidato pertamanya yang mendesak orang India untuk tidak menerima ketidaksetaraan melainkan untuk bersatu, bekerja keras, belajar bahasa Inggris dan mengamati kebiasaan hidup bersih. Di sisi lain, Gandhi tetap melakukan pencarian akan kebenaran Tuhan didampingi temannya yang bernama Raychandra, yang sangat religius, namun fasih dalam sejumlah topik, dari Hindu hingga Kristen. Semakin banyak Gandhi berkomunikasi dengan Raychandra, semakin dalam dia mulai menghargai Hinduisme sebagai agama tanpa kekerasan dan kitab suci yang terkait. Namun, apresiasi yang mendalam tersebut juga melahirkan keinginan untuk mencari kemurnian dan pencerahan batin, tanpa hanya mengandalkan sumber eksternal, atau pada dogma dalam setiap keyakinan. Jadi, meskipun Gandhi mencari Tuhan dalam tradisinya sendiri, dia mendukung gagasan bahwa agama lain tetap layak dipelajari dan mengandung kebenaran mereka sendiri. Pekerjaan sosial Gandhi di Afrika ini memungkinkan dia untuk mencari nafkah sekaligus juga menemukan waktu untuk mengabdikan diri pada misinya sebagai figur publik. Selama perjuangannya melawan ketidaksetaraan dan diskriminasi rasial di Afrika Selatan, Gandhi dikenal di kalangan orang India di seluruh dunia sebagai "Mahatma," atau "Jiwa Hebat."


Pada bagian ketiga, Gandhi kembali sebentar ke India dan kembali ke istri dan anak-anaknya. Di India, ia menerbitkan pamflet lain, yang dikenal sebagai Pamflet Hijau, tentang penderitaan orang India di Afrika Selatan. Untuk pertama kalinya, Gandhi menyadari bahwa orang India sangat mengagumi karyanya dan merasakan popularitasnya sendiri di antara orang-orang, ketika dia mengunjungi Madras, sebuah provinsi di India, tempat sebagian besar pekerja kasar berasal. Meskipun sesama orang India menyambutnya dalam kerumunan besar dengan tepuk tangan dan pujian, dia berlayar kembali ke Afrika Selatan bersama keluarganya pada bulan Desember 1896. Saat Gandhi menghadiri Kongres Nasional India 1901, harapannya menjadi kenyataan. Gopal Krishna Gokhale, salah satu politisi India paling terkemuka saat itu, mendukung resolusi untuk hak-hak orang India di Afrika Selatan dan resolusi itu disahkan. Melalui Gokhale, di mana Gandhi tinggal selama sebulan, Gandhi bertemu banyak koneksi politik yang akan membantunya di kemudian hari. Akhirnya, ia juga merumuskan filosofi protes politiknya sendiri, yang disebut Satyagraha, yang secara harfiah berarti "kekuatan kebenaran" dalam bahasa Sansekerta. Dalam praktiknya, praktik ini berarti memprotes ketidakadilan dengan gigih, tetapi tanpa kekerasan.


Bagian keempat mengisahkan Gandhi yang berada pada gejolak dunia. Untuk mundur ke dalam kehidupan yang rendah hati dan menahan diri, seperti yang diamanatkan oleh prinsip-prinsip pribadinya, ia memutuskan untuk menarik diri dari kehidupan publik untuk sementara waktu menghabiskan tahun pertamanya di India dengan fokus pada pencarian pribadinya akan kemurnian dan penyembuhan. Setelah beberapa saat, Gandhi menjadi terpengaruh oleh gagasan kemerdekaan India dari Inggris, tetapi dia takut kemungkinan bahwa elit India kebarat-baratan akan menggantikan pemerintah kolonial Inggris. Dia mengembangkan keyakinan yang kuat bahwa kemerdekaan India harus terjadi sebagai reformasi sosial politik skala besar, yang akan menghapus wabah lama kemiskinan ekstrim dan pembatasan kasta. Bahkan, dia percaya bahwa orang India tidak bisa menjadi layak untuk pemerintahan sendiri kecuali mereka semua berbagi kepedulian terhadap orang miskin. Ketika sekelompok pekerja pabrik Ahmedabad mogok dan menjadi kasar, dia memutuskan untuk berpuasa sampai mereka kembali damai. Meskipun beberapa komentator politik mengutuk perilaku Gandhi sebagai bentuk pemerasan, puasa hanya berlangsung tiga hari sebelum para pekerja dan majikan mereka merundingkan kesepakatan. Melalui situasi ini, Gandhi menemukan puasa sebagai salah satu senjatanya yang paling efektif di tahun-tahun terakhir dan menetapkan preseden untuk tindakan selanjutnya sebagai bagian dari satyagraha. Kemudian, ketika Undang-Undang Rowlatt, yang menganjurkan retensi berbagai pembatasan masa perang di India, termasuk jam malam dan langkah-langkah untuk menekan kebebasan berbicara benar-benar sah menjadi undang-undang, Gandhi mengusulkan agar seluruh negara menjalankan hari doa, puasa, dan pantangan dari kerja fisik sebagai protes damai terhadap ketidakadilan hukum yang menindas. Permohonan Gandhi menghasilkan tanggapan yang luar biasa karena jutaan orang India tidak pergi bekerja pada tanggal 6 April 1919. Saat seluruh negeri diam, pemerintah kolonial Inggris menangkap Gandhi, yang memprovokasi massa yang marah untuk memenuhi jalan-jalan kota-kota India dan, yang sangat tidak disukai Gandhi, kekerasan meletus di mana-mana. Gandhi tidak bisa mentolerir kekerasan sehingga dia membatalkan kampanyenya dan meminta semua orang kembali ke rumah mereka. Dia bertindak sesuai dengan keyakinannya yang teguh bahwa jika satyagraha tidak dapat dilakukan tanpa kekerasan, itu tidak boleh terjadi sama sekali.


Pada bagian kelima, Peristiwa tentang Pemerintah kolonial Inggris menempatkan Gandhi di pengadilan karena penghasutan dan menjatuhkan hukuman enam tahun penjara, menandai pertama kalinya dia menghadapi tuntutan di India. Pihak berwenang mengizinkannya menggunakan roda pemintal dan menerima bahan bacaan selama di penjara, agar dia merasa puas. Dia juga menulis sebagian besar autobiografinya saat menjalani hukumannya. Namun, dalam ketidakhadiran Gandhi, orang India kembali ke pekerjaan yang sebelumnya mereka tolak dan rutinitas sehari-hari mereka. Lebih buruk lagi, persatuan antara Muslim dan Hindu, yang sangat dianjurkan Gandhi, sudah mulai berantakan sampai pada titik di mana ancaman kekerasan membayangi banyak komunitas dengan populasi heterogen. Setelah pemenjaraannya berakhir, ia melanjutkan pencarian pribadinya untuk pemurnian dan kebenaran. Dia mengakhiri otobiografinya dengan mengakui bahwa dia terus mengalami dan berjuang dengan "gairah terbengkalai" yang ada di dalam jiwanya sendiri. Dia merasa siap untuk melanjutkan jalan panjang dan sulit untuk menjinakkan nafsu-nafsu itu dan menempatkan dirinya sebagai yang terakhir di antara sesama manusia, satu-satunya cara untuk mencapai keselamatan, menurutnya. “Itulah sebabnya pujian dunia gagal menggerakkan saya, bahkan sangat sering menyengat saya. Menaklukkan nafsu halus jauh lebih sulit daripada menaklukkan dunia secara fisik dengan kekuatan senjata,”


Kelebihan Buku

Buku The Story of My Experiments with Truth - An Autobiography memiliki struktur yang komprehensif. Sebelum langsung ke bagian-bagian kisah nya, buku ini diawali dengan perkenalan (introduction) sebagai cikal bakal alasan Gandhi menulis buku ini yang diawali pertanyaan-pertanyaan dia untuk mencari kebenaran. Kemudian, bab-bab di setiap bagiannya sangat ringkas (sekitar 2-4 halaman) dan disusun sesuai kronologi sehingga pembaca bisa dengan mudah mengikuti alur ceritanya. Bagian penutup dalan buku ini dapat mewakili kisah pencarian Gandhi terhadap kebenaran dan menjawab semua pertanyaan yang ada di bagian awal. Kelebihan lain, buku ini juga memberikan penjelasan hingga padanan kata terhadap istilah-istilah Sansekerta ataupun bahasa Hindi pada catatan kaki. Sehingga siapapun yang membaca, yang mungkin asing dengan istilah tersebut dapat mengetahui konteks nya.


Kekurangan Buku

Meskipun berisi bab-bab singkat tentang kehidupan Gandhi di setiap bagiannya, buku ini cukup tebal karena memang memuat seluruh perjalanan Gandhi. Di sisi lain, di dalam buku ini terkait dengan peristiwa-peristiwa sejarah lainnya, seperti perang dunia pertama, konflik di Afrika Selatan, dan gejolak di dalam India itu sendiri. Maka, bagi pembaca yang ingin mendapatkan keseluruhan konteks, bisa mempersiapkan bacaan pendukung lain baik sebelum atau setelah membaca buku ini. Terlebih juga banyak nama-nama lokasi yang jika pembaca belum familiar terhadap pengaturan tempatnya, bisa menyulitkan dalam pemahaman. Kekurangan lain, beragam versi dari buku ini mayoritas masih dalam bahasa Inggris. Hingga ulasan ini dibuat, penulis hanya menemukan 1 buku yang sudah diterjemahkan, dari penerbit Narasi di Yogyakarta pada tahun 2009 namun versi ini tidak ditemukan cara untuk membeli nya di mesin pencari. Semoga ke depannya akan lebih banyak buku non fiksi kisah tokoh-tokoh berpengaruh dunia dalam bahasa Indonesia.


Rekomendasi:

Teladan Gandhi memang sangat fenomenal dan luar biasa. Banyak sekali buku yang membahas tentang sosok dia. Kisahnya menjadi cikal bakal gerakan yang sekarang kita kenal sebagai aktivisme. Ketulusan karakter Gandhi, kemurnian hatinya dalam mencari kebenaran Tuhan, hingga dedikasi nya dalam politik melalui hukum dan hak asasi manusia telah menjadi inspirasi banyak orang. Karenanya, buku ini sangat bagus untuk dibaca bagi para pemimpin, aktivis, hingga mahasiswa yang memiliki keinginan kuat melawan ketidakadilan namun tanpa terlibat kekerasan.